Selalu menjadi abu-abu

Kenapa kamu harus selalu jadi abu-abu dihidup aku?

"hallo” sapaku terhadapmu pagi itu. Ini sms pertamaku untukmu dipagi ini. Iya, tidak ada sapaan selamat pagi seperti tiga tahun lalu.

Kamu menjawab “yo?” masih sama seperti dua hari lalu dan kemarin. Kamu tidak berubah. Tidak berubah semenjak kita akhiri hubungan itu. Aku rindu ucapan ‘selamat pagi sayang’ ucapan yang selalu mengiringi pertemuan kita disekolah tiga tahun lalu.

Sekarang semua keruh, keruh seperti air laut yang bercampur dengan pasir pantai yang pernah mengukir goresan muka kita berdua. Kamu lebih rumit dari yang aku bayangkan. Kesalahan yang aku lakukan dulu nampaknya benar-benar telah menyayat hatimu. Mungkin kamu merindukanku. Mungkin aku yang terlalu bodoh, iya aku memang bodoh. Untuk apa aku datang kehidupmu lagi. Sama, sama seperti pertanyaanmu. Pertanyaanmu yang menanyakan kenapa aku baru muncul sekarang? Kenapa aku baru menghubungimu. Sejujurnya, tidak pernah ada jawaban atas pertanyaanmu itu. Pikiranku kosong, aku mencari alasan. Alasan yang membuatku terlihat bodoh. Kita saling rindu, tapi rasa rindumu padaku itu terhalang oleh rasa bencimu padaku. Aku ingin menyerah, aku ingin kamu tenang. Tapi setiap aku ingin menyerah, justru perasaan ingin kembali padamu selalu membuatku bertahan.

Kita selalu seperti ini. Hanya meributkan hal sangat menyakitkan untuk kita berdua. Kita tidak pernah menyelesaikan satu masalah. Kita selalu membiarkan masalah itu mengambang. Aku datang lagi ke kehidupanmu. Mencoba menghapuskan rasa hampamu dan rasa rindumu padaku. Mencoba datang dan menjelaskan kenapa dan ada apa. Lagi-lagi tidak ada jawaban. Aku tidak dapat menjawab semuanya. Semakin keras mencari semakin remuk jantungku. Aku lebih bodoh dari seekor keledai. Lebih bodoh dari seorang yang paling bodoh di dunia ini.

Kamu tidak berubah sedikitpun. Selalu sama. Selalu diam ketika kamu marah padaku. Selalu mencoba membiarkan aku berpikir sendiri tentang apa yang terjadi. Dan kamu selalu keras terhadap dirimu sendiri. Aku rasa, aku pun tidak berubah. Tetap tidak bisa berpikir tentang apa yang salah dengan kita atau dengan diriku. Dan aku masih tetap seperti ini. Tetap takut kamu marah selamanya padaku.

Sekarang, hanya hampa yang aku rasakan. Perasaan yang membuatku selalu berhenti diruang kelam. Mengingat masalalu dan mengingat bahwa kamu selalu jadi yang terbaik disini, dihatiku. Seabu-abu apapun kamu, aku akan selalu mencoba menjadikanmu jingga atau warna lain yang membuat hidupmu berwarna. Membuatmu lebih hidup, membuatmu menjadi lebih hebat daripada sebelumnya.

Terakhir dariku, aku ada untuk berbagi dengamu. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri.

You May Also Like

0 comments