Harapan, pikiran dan isi hati?

Apakah harapan, pikiran, dan hatimu sama denganku? Aku tersadar dari tidurku. Aku langsung melihat handphone-ku, berharap kamu membalas whatsapp-ku. Tapi nihil. Aku rasa kamu masih marah padaku atas kejadian kemarin dan aku rasa juga kamu akan marah untuk selamanya. Mungkin kamu akan membalas whatsapp-ku 3 tahun kemudian atau bahkan mungkin kamu tidak akan membalasnya lagi. Entah, semua kemungkinan dapat terjadi bahkan kemungkinan terburuk pun dapat terjadi. Sambil berpikir, aku terus memandangi hp ku. Iya, aku masih berharap kamu akan membalas pesanku dengan jawaban yang menyenangkan. Tapi lagi-lagi nihil. Aku menghubungimu lagi, kali ini bukan dengan kata 'hallo' atau dengan menuliskan namamu. Kali ini aku lebih melakukan pemaksaan. Aku mengetik dua kata dan meggunakan tanda seru 'bales kek!' Simpel, tapi cukup ampuh untuk membuatmu membalas pesanku yang telah ku kirim dengan bertubi-tubi seperti bom. Kamu hanya membalas singkat 'apaan?'. Rasanya seluruh tubuhku langsung lemas, rasanya seperti tersambar petir. Aku sudah mengirim pesan yang sangat banyak kepadamu, semua pesan yang berisi kata-kata manis bahkan kata-kata yang tertulis menggunakan air mata. Tapi jawabanmu hanya 'apaan?'. Sepertinya tidak ada gunanya aku menuliskan semuanya. Aku tidak mau bertele-tele. Aku langsung mengetikan tiga kata yang sangat ingin aku ketahui dengan pasti jawabannya 'aku beneran ditolak?'. Setelah menunggu beberapa menit dengan perasaan takut, ragu dan menyedihkan. Akhirnya kamu membalasnya dengan kata-kata yang lenih menyakitkan daripada kata-kata 'apaan?'. Kali ini benar-benar remuk hati dan jantungku. Kamu menjawab 'emang gw bilang gw pengen balikan sama lu? Perasaan enggak deh!'. Rasanya benar-benar menyedihkan. Airmataku mengalir dengan derasnya tanpaku ketahui. Aku diam, berkali-kali aku membaca pesanmu. Tetap tidak berubah. Akhirnya aku mencoba menghubungimu lagi. 'Beneran ditolak?' Dan tanpa menunggu lama kamu membalasnya dengan kata 'iya.'. Aku malas membacanya, aku terdiam kembali. Aku mencoba menguatkan hati dan pikiranku. Entah, entah apa yang kau pikirkan hingga kamu menolakku dan mengkhianati perasaanmu sendiri. Aku yakin perasaan kita sama. Hanya saja kamu tidak ingin membuat semua ini mudah bagiku. Aku juga yakin harapanmu dan harapanku sama, sama-sama ingin kembali meskipun sulit. Tapi memang ini hanya pikiran, pengharapan dan keyakinan hatiku. Tidak ada satupun yang aku rasa itu adalah pikiran, pengharapan dan keyakinan hatimu. Tapi, aku tahu dengan pasti, setelah kamu tahu aku menyesal dan memohon kepadamu kemarin, pasti kamu sangat merasa puas telah melihatku seperti itu. Mungkin kamu juga berpikir untuk melupakanku dan mencari pengganti diriku. Untukku, semua itu adil. Bahkan sangat adil. Tiga tahun kamu menungguku menjelaskan semuanya dan tiga tahun pula kamu hidup dalam kesendirian. Aku rasa mungkin ini saatnya kita saling melupakan dan mencari kekasih baru untuk dirimu sendiri maupun diriku. Bukan, bukan, bukan aku yang pantas denganmu. Tapi orang lain yang mampu menjagamu dan mencintaimu sekuat kamu menjaga dan mencintai orang tersebut. Seseorang yang lebih menghargai perasaanmu daripada aku, serta seseorang yang tahu tentang harapanmu. Tidak ada manusia yang seindah kamu, tidak ada kenangan indah seperti yang kita miliki dulu, dan tidak ada cinta yang mampu bersemi seperti cinta kita dahulu. Yang perlu kamu tahu hanya satu. Aku harap aku tahu isi harapanmu, pikiranmu da hatimu.

You May Also Like

0 comments